Tatapan mataku lurus, menatap sesosok lelaki yang akhir-akhir ini selalu berada di dekatku.
Laki-laki yang selalu mengusik benteng pertahananku dengan dunia yang telah aku tata dengan sangat rapi.
Dia perlahan tapi pasti, telah memasukinya tanpa permisi.
Aku melihat dia yang sibuk dengan tumpukan buku yang berada dihadapannya.
Aku mengamati dia dari jauh, tampangnya yang serius, dan wajah tampannya itu membuatku tidak berhenti mengamatinya.
Secara tidak sengaja, dia yang awalnya menekuni buku-buku itu, langsung melihatku.
Dia tersenyum dan langsung melambaikan tangannya kearahku.
Dan aku, hanya bisa membalas dengan tatapan tanpa senyuman.
Dia langsung menghampiriku, dan berkata " kemarilah, temani aku. Kau tidak lelah hanya berdiri sini?" tanyana sambil terus manarik tanganku.
" Dan, terima kasih. Terima kasih selama ini kau telah mengusik kehidupanku. Terima kasih telah mengusik benteng pertahananku yang telah aku tata dengan sangat rapi. Terima kasih dengan kebaikanmu. Aku menyukaimu, sangat menyukaimu" Ucapku dan langsung membalikkan badan untuk pergi.
Dani langsung menggenggam tanganku dengan sangat erat. Sehingga membuatku susah untuk melepaskan tangannya.
" Jangan pergi, Fan. Aku tidak mau kamu ninggalin aku setelah memberitahukan sebuah pengakuan"
Dani langsung menatap wajah Fani dengan seksama.
" Akhirnya, kamu memberitahukan hal itu kepadaku. Setelah beberapa bulan ini aku selalu menunggumu. Menunggu jawabanmu yang beberapa bulan ini hanya kamu diamkan tanpa ada jawaban" Ujar Dani lagi sambil tersenyum kearah Fani.
Fani hanya bisa diam, tidak membalas perkataan Dani. Namun, dalam hati dia hanya bisa berkata, " Karena aku dulu merasa tidak yakin. Dan sekarang, aku yakin terhadapmu"
Fani hanya bisa diam, tidak membalas perkataan Dani. Namun, dalam hati dia hanya bisa berkata, " Karena aku dulu merasa tidak yakin. Dan sekarang, aku yakin terhadapmu"
Komentar
Posting Komentar