Perasaanku yang dulu membenci perempuan paruh baya ini, perlahan-lahan mulai hilang
Hatiku yang dulunya sakit dikala aku mengetahui bahwa ia adalah perempuan yang melahirkanku, dan kemudian membuangku ke sebuah panti asuhan, mulai hilang.
Kali ini, perasaan yang aku rasakan hanya kasian, dan juga perasaan iba.
Sekalipun dia wanita yang telah membuangku, tapi dengan melihat usaha dia untuk menemukanku belasan tahun, membuatku terenyuh.
" Maafkan Ibu, Nak.. Ibu tahu, kau tak akan mau memaafkanku" ujar wanita itu dengan tatapn sendu.
Aku terdiam, tidak bisa berkata-kata. Aku hanya bisa menatap kearah wanita itu saja tanpa membuka mulutku menanggapinya.
" Naak.. Maafkan Ibu.." ujarnya lagi sambil menangis.
Aku tetap mematung, perasaanku campur aduk. Antara bahagia, sedih, marah dan kesal campur menjadi satu.
Wanita itu kelihatan mulai menyerah, dan perlahan-lahan mulai menjauhiku dengan uraian airmata.
Tanpa sengaja, kakiku mulai berjalan ke arah wanita itu, kemudian aku memeluknya dari belakang.
" Andi sudah memaafkan Ibu. Sekalipun terkadang Andi ingat masa itu, dan mulai membenci Ibu. Tapi Andi sudah memaafkan Ibu. Ibu jangan pergi lagi, tinggallah bersama Andi" ucapku sambil terus memeluk wanita ini, yang ku panggil Ibu.
Wanita itu membalikkan badan dan langsung memelukku dengan erat.
" Ibu tidak pantas tinggal bersama denganmu, Nak. Mengingat semua yang telah Ibu lakukan kepadamu" ujar Ibu sambil terus menangis.
Aku langsung menggelengkan kepala, " Tidak. Ibu tidak usah membahas itu lagi. Andi pengen Ibu tinggal dengan Andi. Andi ingin bersama ibu" ucapku dengan suaraku yang parau.
Ibu langsung mengangguk lemah.
Dia ibuku, sejahat apapun dia dimasa lalu, aku tahu pasti ada alasan yang membuatnya menjadi seperti itu.
Ibu, Andi sayang Ibu
Hatiku yang dulunya sakit dikala aku mengetahui bahwa ia adalah perempuan yang melahirkanku, dan kemudian membuangku ke sebuah panti asuhan, mulai hilang.
Kali ini, perasaan yang aku rasakan hanya kasian, dan juga perasaan iba.
Sekalipun dia wanita yang telah membuangku, tapi dengan melihat usaha dia untuk menemukanku belasan tahun, membuatku terenyuh.
" Maafkan Ibu, Nak.. Ibu tahu, kau tak akan mau memaafkanku" ujar wanita itu dengan tatapn sendu.
Aku terdiam, tidak bisa berkata-kata. Aku hanya bisa menatap kearah wanita itu saja tanpa membuka mulutku menanggapinya.
" Naak.. Maafkan Ibu.." ujarnya lagi sambil menangis.
Aku tetap mematung, perasaanku campur aduk. Antara bahagia, sedih, marah dan kesal campur menjadi satu.
Wanita itu kelihatan mulai menyerah, dan perlahan-lahan mulai menjauhiku dengan uraian airmata.
Tanpa sengaja, kakiku mulai berjalan ke arah wanita itu, kemudian aku memeluknya dari belakang.
" Andi sudah memaafkan Ibu. Sekalipun terkadang Andi ingat masa itu, dan mulai membenci Ibu. Tapi Andi sudah memaafkan Ibu. Ibu jangan pergi lagi, tinggallah bersama Andi" ucapku sambil terus memeluk wanita ini, yang ku panggil Ibu.
Wanita itu membalikkan badan dan langsung memelukku dengan erat.
" Ibu tidak pantas tinggal bersama denganmu, Nak. Mengingat semua yang telah Ibu lakukan kepadamu" ujar Ibu sambil terus menangis.
Aku langsung menggelengkan kepala, " Tidak. Ibu tidak usah membahas itu lagi. Andi pengen Ibu tinggal dengan Andi. Andi ingin bersama ibu" ucapku dengan suaraku yang parau.
Ibu langsung mengangguk lemah.
Dia ibuku, sejahat apapun dia dimasa lalu, aku tahu pasti ada alasan yang membuatnya menjadi seperti itu.
Ibu, Andi sayang Ibu
Komentar
Posting Komentar