Setelah pembicaraanku dengan Caca terakhir kali, secara tidak sengaja aku merasa Caca mulai tidak banyak bicara seperti biasanya.
Aku merasa dia sedikit berbeda tidak seperti biasanya.
Entahlah, apa yang membuat dia menjadi berbeda seperti ini
Semakin lama, aku menjadi semakin tidak nyaman dengan perubahan sikap dia.
" Ca, Kamu kenapa? Kamu berubah" ujarku suatu saat ketika aku dengan Caca kumpul bersama.
" Berubah? Sepertinya tidak, Tar" sahutnya sambil terus melihat ke arah handphone yang dia pegang.
" Tidak? kamu yakin tidak? Caca yang biasanya tidak seperti ini. Caca yang dulu cerewet, tapi sekarang malah pendiam" sahutku sambil menatap ke arah Caca.
" Baiklah, Tar. Entahlah, kenapa akhir-akhir ini aku menjadi malas berbicara denganmu" jawab Caca akhirnya sambil menatap Tara.
"Malas? ada apa? kenapa kamu malah bersikap seperti ini terhadapku?"
" Aku merasa kau yang berubah, Tar"
Aku terkesiap dengan pernyataan Caca. Untuk pertama kalinya dia mengatakan sesuatu secara tajam.
" Aku berubah? dalam hal apa?"
" Kau tidak terbuka denganku. Sahabatmu sendiri"
"Tidak terbuka dalam hal apa? Masalah Alan?"
Caca langsung mengangguk.
Dan aku, hanya bisa menghela napas mendengar pernyataan Caca.
" Please, Ca.. untuk masalah Alan, aku tidak mau membahasnya dulu. Karena menurutku, aku dengan dia hanya teman. Sekalipun aku merasa nyaman dengan dia, tapi aku tidak mau menganggap dia lebih dari teman untuk sementara ini. Karena akupun tidak tau dia sebenarnya seperti apa terhadapku"
Caca tersenyum, dan berkata," Aku paham Tar. Tapi yang aku lihat, sebenarnya kamu suka dengan dia. Tapi kamu masih takut mengakuinya"
Mendengar perkataan Caca, aku hanya bisa diam dan tersenyum.
Aku suka dia? Entahlah, apakah itu bisa dikatakan suka atau tidak, tapi perasaan yang aku rasakan terhadap Alan itu adalah perasaan nyaman bersama dia.
Akupun juga tidak yakin dengan pernyataan Caca tentang perasaanku sendiri.
Akupun juga tidak yakin dengan pernyataan Caca tentang perasaanku sendiri.
Komentar
Posting Komentar