Tatapan semua orang mengarah kepadaku.
Entahlah, seperti ada yang aneh denganku, sehingga orang-orang menatapku dengan tatapan yang tajam, dan terkadang mereka saling berbisik.
Merasa risih, akupun hanya bisa melihat pada diriku sendiri. Takut ada yang yang salah dengan caraku berpakaian ataupun dengan gaya dandananku yang membuat mereka seperti itu.
" Tenanglah, itu bukan karena dirimu. Tapi mereka melihatku, Far"
"Kamu? ada apa denganmu, Ndi?"
"Hahaha tidak ada, Far. Intinya, mereka membicarakan dan melihatku"
Aku hanya bisa melongo mendengar pernyataan Andi, temanku di masa SMA.
Entah, ada apa dengan Andi. Aku juga tidak merasakan dia ada yang aneh.
Tapi mengapa orang-orang banyak yang melihat kearah aku dengan dia.
Andi sepertinya mengerti dengan kebingunganku, dia langsung tersenyum dan mengajakku keluar dari cafe itu.
"Aku paham, kamu bingung Far. Kenapa banyak yang melihat kearah kita" Ujar Andi saat berada diluar cafe.
Aku tersenyum dan mengangguk.
"karena wajahku, Far. Mereka banyak yang melihat kearah kita, karena wajahku"ucap Andi lagi.
Aku mengerutkan kening, entah apa yang membuat orang-orang dengan seenaknya menatap dengan tatapan tajam seperti itu. Wajah Andi? ada apa dengan wajah dia? Aku tidak merasa ada yang aneh dengan dia.
"Wajahmu? ada apa dengan wajahmu, Ndi? ada yang aneh?" tanyaku penasaran.
"Faraaa.. Entah kamu hanya menghiburku atau apa. Liat Far. Wajahku aneh, tatap wajahku dengan seksama" sahut Andi sambil meletakkan tangannya ke pipiku untuk menyuruhku melihat wajahnya.
"Gak ada yang aneh, Andi. Emang apa yang aneh?" aku tetap bersikeras mengatakan hal itu.
Andi hanya bisa menghela nafas dan menatapku dengan lekat.
" Far.. Ternyata hanya kamu yang tidak memandangku buruk. Mereka menganggapku buruk rupa. Lihat, gigiku tonggos, bertompel, dan berkaca mata tebal" ucap Andi sambil menunduk.
Aku hanya tersenyum mendengar perkataan Andi.
"Ndi, terserah orang lain mengatakan kamu buruk rupa, kamu ditatap dengan tatapan tajam seperti tadi, atau malah banyak yang berbisik karena wajahmu seperti itu, aku itu gak peduli. Karena menurutku kamu gak buruk kok. Kamu cakep kok, menurutku" timpalku akhirnya sambil memegang tangan Andi.
Andi langsung menatap wajahku sambil tersenyum.
"Udah ah, masuk lagi ke dalem. Aku laper, Ndi" ujarku lagi, sambil menarik Andi ke dalam cafe.
Entahlah, seperti ada yang aneh denganku, sehingga orang-orang menatapku dengan tatapan yang tajam, dan terkadang mereka saling berbisik.
Merasa risih, akupun hanya bisa melihat pada diriku sendiri. Takut ada yang yang salah dengan caraku berpakaian ataupun dengan gaya dandananku yang membuat mereka seperti itu.
" Tenanglah, itu bukan karena dirimu. Tapi mereka melihatku, Far"
"Kamu? ada apa denganmu, Ndi?"
"Hahaha tidak ada, Far. Intinya, mereka membicarakan dan melihatku"
Aku hanya bisa melongo mendengar pernyataan Andi, temanku di masa SMA.
Entah, ada apa dengan Andi. Aku juga tidak merasakan dia ada yang aneh.
Tapi mengapa orang-orang banyak yang melihat kearah aku dengan dia.
Andi sepertinya mengerti dengan kebingunganku, dia langsung tersenyum dan mengajakku keluar dari cafe itu.
"Aku paham, kamu bingung Far. Kenapa banyak yang melihat kearah kita" Ujar Andi saat berada diluar cafe.
Aku tersenyum dan mengangguk.
"karena wajahku, Far. Mereka banyak yang melihat kearah kita, karena wajahku"ucap Andi lagi.
Aku mengerutkan kening, entah apa yang membuat orang-orang dengan seenaknya menatap dengan tatapan tajam seperti itu. Wajah Andi? ada apa dengan wajah dia? Aku tidak merasa ada yang aneh dengan dia.
"Wajahmu? ada apa dengan wajahmu, Ndi? ada yang aneh?" tanyaku penasaran.
"Faraaa.. Entah kamu hanya menghiburku atau apa. Liat Far. Wajahku aneh, tatap wajahku dengan seksama" sahut Andi sambil meletakkan tangannya ke pipiku untuk menyuruhku melihat wajahnya.
"Gak ada yang aneh, Andi. Emang apa yang aneh?" aku tetap bersikeras mengatakan hal itu.
Andi hanya bisa menghela nafas dan menatapku dengan lekat.
" Far.. Ternyata hanya kamu yang tidak memandangku buruk. Mereka menganggapku buruk rupa. Lihat, gigiku tonggos, bertompel, dan berkaca mata tebal" ucap Andi sambil menunduk.
Aku hanya tersenyum mendengar perkataan Andi.
"Ndi, terserah orang lain mengatakan kamu buruk rupa, kamu ditatap dengan tatapan tajam seperti tadi, atau malah banyak yang berbisik karena wajahmu seperti itu, aku itu gak peduli. Karena menurutku kamu gak buruk kok. Kamu cakep kok, menurutku" timpalku akhirnya sambil memegang tangan Andi.
Andi langsung menatap wajahku sambil tersenyum.
"Udah ah, masuk lagi ke dalem. Aku laper, Ndi" ujarku lagi, sambil menarik Andi ke dalam cafe.
Komentar
Posting Komentar